(Papua-Kamis, 18 Februari 2016). Prajurit TNI dari Satuan Tugas Batalyon Infanteri (Satgas Yonif) 406/Candra Kusuma, Purbalingga, Jawa Tengah, yang tengah melaksanakan tugas di Papua dalam rangka pengamanan perbatasan RI-PNG, mengangkat Anak Asuh untuk diajarkan membaca, menulis dan berhitung serta pelajaran lainnya, terutama yang tidak ada sekolah di sekitar Pos Satgas.
Program Anak Asuh yang diterapkan oleh Satgas Yonif 406/Candra Kusuma di perbatasan Republik Indonesia dan Papua New Guinea tersebut, sesuai dengan arahan Kasdam IV/Diponegoro Brigjen TNI Joni SP pada saat mengunjungi Pos Satgas Yonif 406/Candra Kusuma di Papua beberapa waktu yang lalu, diantaranya ‘agar setiap prajurit harus mempunyai Anak Asuh’.
Program Anak Asuh yang diterapkan oleh Satgas Yonif 406/Candra Kusuma di perbatasan Republik Indonesia dan Papua New Guinea tersebut, sesuai dengan arahan Kasdam IV/Diponegoro Brigjen TNI Joni SP pada saat mengunjungi Pos Satgas Yonif 406/Candra Kusuma di Papua beberapa waktu yang lalu, diantaranya ‘agar setiap prajurit harus mempunyai Anak Asuh’.
Brigjen TNI Joni SP juga mengatakan bahwa, pada kenyataannya pendidikan di Papua yang layak hanya bisa dinikmati oleh warga kota saja, dan tidak untuk warga di pedalaman terpencil, hal ini bisa terlihat dari kondisi perkampungan di daerah perbatasan RI-PNG, tempat penugasan Satgas Yonif 406/Candra Kusuma.
“Tidak semua kampung yang berada di wilayah binaan Satgas Yonif 406/Candra Kusuma memiliki sekolah. Bila dilihat dari segi fasilitas, sekolah-sekolah yang berada di wilayah binaan Satgas Yonif 406 bisa dibilang jauh dari kata layak, dimana sekolah-sekolah yang ada belum memiliki sarana prasarana yang memadai, seperti buku tulis, buku belajar, tempat yang bersih dan nyaman,” tutur Kasdam IV/Diponegoro.
Lebih lanjut disampaikan Kasdam IV/Diponegoro, bila dilihat dari tenaga pengajar akan lebih memprihatinkan, dimana dalam satu sekolah hanya terdapat dua guru yang harus mengajar beberapa kelas sekaligus. Disamping itu, akses jalan menuju sekolah juga cukup jauh jarak tempuhnya. “Bahkan ada sebuah kampung bernama Kampung Molov, bila akan mengajar ke daerah itu harus menyusuri sungai dengan perahu selama kurang lebih dua jam perjalanan. Tidak heran bila masih banyak murid-murid SD yang belum bisa membaca, menulis dan berhitung,” katanya.
Melihat kondisi nyata tersebut, maka Prajurit TNI Satgas Yonif 406/Candra Kusuma peduli dengan masa depan anak-anak bangsa dan masa depan negara kita. “Dengan melaksanakan mengajar untuk anak asuhnya, dengan cara mengumpulkan anak-anak di pos atau prajurit datang ke rumah anak asuh tersebut pada saat melaksanakan anjangsana. Dengan mengajar berbagai metode, agar apa yang diajarkan dapat diterima, dimengerti, dan diingat oleh anak asuh Satgas Yonif 406/Candra Kusuma,” pungkas Kasdam IV/Diponegoro Brigjen TNI Joni SP. (Puspen TNI)
Lebih lanjut disampaikan Kasdam IV/Diponegoro, bila dilihat dari tenaga pengajar akan lebih memprihatinkan, dimana dalam satu sekolah hanya terdapat dua guru yang harus mengajar beberapa kelas sekaligus. Disamping itu, akses jalan menuju sekolah juga cukup jauh jarak tempuhnya. “Bahkan ada sebuah kampung bernama Kampung Molov, bila akan mengajar ke daerah itu harus menyusuri sungai dengan perahu selama kurang lebih dua jam perjalanan. Tidak heran bila masih banyak murid-murid SD yang belum bisa membaca, menulis dan berhitung,” katanya.
Melihat kondisi nyata tersebut, maka Prajurit TNI Satgas Yonif 406/Candra Kusuma peduli dengan masa depan anak-anak bangsa dan masa depan negara kita. “Dengan melaksanakan mengajar untuk anak asuhnya, dengan cara mengumpulkan anak-anak di pos atau prajurit datang ke rumah anak asuh tersebut pada saat melaksanakan anjangsana. Dengan mengajar berbagai metode, agar apa yang diajarkan dapat diterima, dimengerti, dan diingat oleh anak asuh Satgas Yonif 406/Candra Kusuma,” pungkas Kasdam IV/Diponegoro Brigjen TNI Joni SP. (Puspen TNI)
0 komentar: